Monday, January 7, 2013

Putih-Biru Dasi Silang

It is just my point of view.

Bisa dibilang, aku berasal dari SD Negeri di sebuah tempat di Batam (yang kalo dibilang pun, kadang orang gak tau itu dimana --"). Saat itu yang aku tahu cuma SMPN 4 tujuan terbaik untuk melanjutkan sekolah. Anggapan itu hilang saat sahabatku memberi tahu ada SMP yang lebih diidam-idamkan banyak lulusan SD yang cukup unggulan saat itu. SMPN 6. Jujur aku gak tahu apa-apa tentang sekolah itu. Namun mendengar cerita dari sahabatku itu, aku jadi berpikir, kalau aku bisa mendapatkan yang lebih baik, mengapa tidak dicoba?

Siang dan malam tanpa lelah aku belajar agar bisa mendapat nilai terbaik dan masuk ke sekolah unggulan itu. Tapi hari H UN, kakek dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Campur aduk rasanya harus menerima emak tidak dirumah di hari UN pertamaku. But finally, aku adalah lulusan terbaik di SD tersebut.

Tanpa rintangan aku lolos masuk SMP 6 dengan urutan 108 bersama 2 orang lainnya dari SD tersebut. Gak sanggup masuk kelas unggulan tentunya. Aku mengawali hari-hariku dengan duduk di kelas VII-3. Agak berbeda dari lingkunganku sebelumnya. Mayoritas mereka disini berasal dari kalangan menengah keatas, memiliki orang tua yang bisa dibilang sukses. Tapi untung mereka sederhana dan tidak terlalu berlebihan di kelasku. Tapi tetap saja selalu bangga menggunakan dasi silang ini (SMP di Batam, cuma SMPN 6 yang pakai dasi silang, baik cewek maupun cowoknya). Songong abis lah pokoknya. Apalagi kalau ikut lomba. Seakan-akan mata ini teriak, "Awas kalian, kami mau lewat." #mateklah


Aku selalu  penasaran dengan sistem belajar kelas unggulan (VII.1). Setiap kali lewat kelas itu, selalu aku jalan lebih lama untuk mengamati apa bedanya kami dengan mereka? Dari luar, aura mereka memang berbeda. Kelihatan berkelas, cerdas dan pintar. Gimana ya rasanya jadi bagian dari mereka? Pertanyaan yang sama selalu keluar jika aku melewati pintu atau jejeran jendela kelas itu.

Ntah terobsesi atau apa, tiada malam tanpa belajar, sampai orang tua ku memarahiku karena aku selalu belajar --". Dan semuanya masih berjalan lancar. Ya aku kembali juara 1 dikelas itu. Gak ada alasan untuk aku gak bangga saat itu. Juara 1 di salah satu kelas dalam sekolah unggulan, dan yang sangat membahagiakan, aku berhasil mendapatkan 1 kursi untukku di kelas VII-1. Kelas yang begitu aku idam-idamkan.

Tak seindah yang aku kira. Perjuanganku selama ini bagai tak bermakna disini. Mereka terlalu bersinar. Terlalu pintar, kreatif dan sempurna dalam mengerjakan semuanya. Mereka pantas duduk di kelas itu. Bayangkan. Tugasnya hanya MENDONGENG. Tapi mereka benar-benar membuat rumah-rumahan dari kardus, wayang-wayangan dari kertas dan kayu bahkan duplikat mobil-mobilan yang besar. Cerita yang dikumpul pada guru bukan sekedar tinta hitam diatas kertas putih. Tapi sebuah karya yang indah. Kertas yang diukir, dilukis, ditempel berbagai pernak-pernik. Dan pastinya disini lah aku mulai belajar how to be creative and perfect, karena aku gak mau kalah. Sistemnya, semakin kreatif, nilai semakin tinggi. Biasanya bekerja 100%. Tapi disini aku bekerja 200% karena aku harus mengejar ketertinggalanku. Guru-guruku juga luar biasa hebat dan menginspirasi. Aku di didik untuk memberikan yang terbaik yang aku punya disini. Tapi tak semuanya berbuah manis. Semester 2 aku masih rangking 10. Dan masih bisa bertahan berjuang bersama manusia-manusia luar biasa ini.
Kelihatannya aku sudah berjuang penuh. But in fact, justru disini aku merasakan kegagalanku yang pertama. Semester 3, prestasi ku turun, aku rangking 22 dari 35 siswa. Terpukul setengah mati. Pertama kalinya dalam hidupku menjadi 25 besar dikelas. Aku mencoba bangkit (walau agak susah) dan disinilah aku belajar, rangking itu bukan segalanya, nilai yang terpenting. Karena faktanya, dari rangking 11-23 (kalo gak salah) itu kalau dibuletin, 87 juga. Bukannya sombong, tapi kalau dikelas lain, nilai segitu masih bisa menyentuh 5 besar.

Kelas IX.
Masih bersama mereka. 5 semester penghuni kelas cuma berganti 3 atau 4 orang pertahun. Sedangkan kelas lain setiap tahunnya mereka selalu memiliki teman dan kelas baru. Hahahaaa kadang berpikir agak bosan sih ini-ini aja temen sekelas :P

Sudah harus memikirkan ya mau kemana selanjutnya setelah ini.
Sekolah-sekolah incaran anak SMP 6 di Batam ini adalah SMAN 1, SMAN 3 dan SMK 1. Itu adalah sekolah-sekolah terbaik di Batam. Tapi kadang aku heran. SMAN 3 dekat bandara, SMAN 1 dekat pelabuhan. Kenapa dekat tempat pelarian gitu ya kalau frustasi? Tinggal naik kapal atau pesawat, nyampai lah di luar kota -_-" Terus mereka juga punya ciri khas seragam yang cuma mereka yang punya. Kalau SMAN 3, warna seragamnya abu-abu kehitaman. SMAN 1, abu-abu (disini, seragam SMA abu-abu kebiruan). Jadi langsung tanda deh siswa/siswi sekolah itu.

Aku selalu terpesona dengan segala yang ada di SMAN 1. Apalagi kalau melihat senior yang datang ke sekolah menggunakan seragam itu. Keren. Gimana rasanya ya sekolah disekolah itu? Pemikiran yang sama sewaktu aku memikirkan VII-1. 

Seluruh penghuni IX.4 bekerja sama dengan sangat baik dalam mempersiapkan ujian akhir. Membagi tugas meringkas pelajaran selama 3 tahun/orang. Kebetulan aku kebagian geografi. Dan puas banget, sebagian besar prediksi ku keluar :D Nilai-nilai kami cukup memuaskan. Salah seorang temanku mendapat nilai UN terbaik sekota Batam saat itu. Sedangkan aku. Hampir sempurna nilaiku untuk mata pelajaran MTK, B.Inggris, B.Indonesia. IPA 7 (hahahaaa merusak) :P

Sebelum kita tutup dongeng ini, ada 1 hal yang perlu digaris bawahi. Kami gak sebaik kelihatannya. Gini-gini, yang namanya mecahin jendela kelas, numbuk kacamata teman sampai pecah dan berdarah, bikin wali kelas hampir nangis, pernah juga. Dan parahnya kejadiannya seminggu sebelum UN. Hheheheee. Terima kasih ya pengalaman berharga yang kalian beri. 



Selama SMP, aku bisa dibilang cukup pendiam, karena masih gak ngerti dengan dunia mereka. Hahahaa... Maklum, susah bersosialisasi. Aku hanya diam, mengamati dan mempelajari tingkah laku, pola pikir, kebiasaan, standar kepuasan manusia-manusia penuh inspirasi ini. Terus aku juga aktif PMR mulai dari kelas 1, terutama di bidang SK (Sanitasi Kesehatan) Tapi untuk PP (Pertolongan Pertama) aku juga gak kalah oke. #songong

Ini nih nama keren kelas kami selama 3 tahun.
1. VII-1 (Sefnon - Sevent first Number One)
2. VIII-7 (Event POKS - Eight Seventh Persatuan Orang Kece SMP 6) *alay gilak*
3. IX - 4 (Ketupat - Kelas Tujuh Papat)

1 Kalimat yang gak bakal pernah aku lupakan seumur hidupku yang selalu terlontar dari mulut sahabatku saat aku enggan berpikir :
"Peras dulu otak ko!! Gitu aja nyerah. Ibarat perang, Ko itu udah kalah dalam bertanding. Belum lagi dikerjai, baru dilihat, udah nyerah. Jangan suka manjai otak ko!!!"
   

Buka Bareng saat Ramadhan 2012 yang lalu. Tetap aneh, tetep gokil, tetep keren dan aku tetep sayang kalian

5 comments:

  1. inspirasi sekaliiii :D

    ReplyDelete
  2. YerCelo : terima kasih broth... semoga bisa bermanfaat :D

    Debby : Tanda tangan menyusul :P

    Nelly : makasihh :D

    ReplyDelete
  3. hahahahaha koplakkkk tapi boleh juga,suwer tekewer-kewer ngakak bacanya wid...
    masih diingat aja kalimat itu :D hadeuh haha
    hmm...gue kasih nilai 75 blm perfect krna peristiwa2 di kls 8-VII ga ada sama skali :(

    gue yakin wid klo lo bisa jadi seorang saintis matematika super kaya isac newton,einstein,edington,reinhard fredrik batubara dll :))),jadikan kelemahanmu itu mnjdi kelebihan di masa yg akan datang dan itu skrng sudah terjadi :D
    klo bisa buat buku kalkulus dong dengan rumus yg berbeda dan simple kaya bu teti (klo ga salah)yg di smansa behhh...bisa jadi bisnis jg cuy,wkwkwk gue bagian manajemennya deh hehe

    trus lo jg harus bisa ngubah paradigma, knpa 2+2 = slalu 4 klo bisa 2+2 = 5 atau 6 atau 7 hahaha pasti lebih cool lg
    #ngacoo

    ReplyDelete